LIDI YANG SEKUAT BESI
Panas matahari yang begitu terik seakan
membakar kulit kepala tak membuat Yanto menyerah, dengan senyum yang terus
mengembang ia menjajakan siomay. Siomay yang ia jajakan memang bukan siomay
buatannya sendiri, melainkan siomay dari agen siomay di kotanya. Yanto adalah
sosok pekerja yang ulet dan jujur dalam bekerja. Bosnya mempercayakan pekerjaan
ini kepada Yanto, maka ia harus semangat menjalani pekerjaan ini karena
pekerjaan ini adalah suatu amanah yang diberikan bosnya kepada Yanto.
membakar kulit kepala tak membuat Yanto menyerah, dengan senyum yang terus
mengembang ia menjajakan siomay. Siomay yang ia jajakan memang bukan siomay
buatannya sendiri, melainkan siomay dari agen siomay di kotanya. Yanto adalah
sosok pekerja yang ulet dan jujur dalam bekerja. Bosnya mempercayakan pekerjaan
ini kepada Yanto, maka ia harus semangat menjalani pekerjaan ini karena
pekerjaan ini adalah suatu amanah yang diberikan bosnya kepada Yanto.
Suatu hari, Yanto didatangi pembeli. Seorang
nenek tua yang terlihat kucel seperti pengemis. Nenek itu meminta Yanto untuk
membungkuskan 2 porsi siomay. Saat si nenek ingin membayar siomay tersebut,
Yanto tidak mau menerima uang nenek itu. Nenek itu berkata kepada Yanto “Maaf,
saya bukan seorang pengemis pak. Ini ambil saja uangnya, saya masih kuat untuk
mencari uang pak”. Yanto agak sedikit ragu untuk menerima uang pemberian nenek
tadi. Ia merasa iba, nenek yang sudah renta dimakan usianya yang semakin menua
harus merawat cucunya seorandiri. Yanto terdiam dan menatap kepergian nenek tua
itu kearah cucunya yang sedang menunggunya di bawah pohon.
nenek tua yang terlihat kucel seperti pengemis. Nenek itu meminta Yanto untuk
membungkuskan 2 porsi siomay. Saat si nenek ingin membayar siomay tersebut,
Yanto tidak mau menerima uang nenek itu. Nenek itu berkata kepada Yanto “Maaf,
saya bukan seorang pengemis pak. Ini ambil saja uangnya, saya masih kuat untuk
mencari uang pak”. Yanto agak sedikit ragu untuk menerima uang pemberian nenek
tadi. Ia merasa iba, nenek yang sudah renta dimakan usianya yang semakin menua
harus merawat cucunya seorandiri. Yanto terdiam dan menatap kepergian nenek tua
itu kearah cucunya yang sedang menunggunya di bawah pohon.
Yanto mengayuh gerobak siomaynya dengan sekuat
tenaga. Ia ingin segera bertemu keluarganya di rumah. Sebelumnya ia harus menyetorkan
hasil jualannya kepada agen dan menunggu pembagian uang hasil jualannya hari
ini. Hari ini ia hanya mendapat uang Rp.37.500. Sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat sebelum bekerja di agen ini, pembagian hasil berjualan keliling sekitar
25% dari uang yang disetorkan. Meski hanya mendapat uang yang tidak seberapa,
tapi uang itu setidaknya bisa membuat tungku di rumahnya tetap mengepul selama
dua hari kedepan.
tenaga. Ia ingin segera bertemu keluarganya di rumah. Sebelumnya ia harus menyetorkan
hasil jualannya kepada agen dan menunggu pembagian uang hasil jualannya hari
ini. Hari ini ia hanya mendapat uang Rp.37.500. Sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat sebelum bekerja di agen ini, pembagian hasil berjualan keliling sekitar
25% dari uang yang disetorkan. Meski hanya mendapat uang yang tidak seberapa,
tapi uang itu setidaknya bisa membuat tungku di rumahnya tetap mengepul selama
dua hari kedepan.
Yanto sadar, nenek yang sudah tua saja pantang
menyerah demi menghidupi seorang cucunya. Sedangkan ia yang masih kuat bekerja
kasar malah bermalas-malasan dalam bekerja. Ia harus bekerja lebih giat lagi,
lagi dan lagi, agar kehidupan keluargannya bisa tercukupi dan anaknya terus
bersekolah sampai sarjana.
menyerah demi menghidupi seorang cucunya. Sedangkan ia yang masih kuat bekerja
kasar malah bermalas-malasan dalam bekerja. Ia harus bekerja lebih giat lagi,
lagi dan lagi, agar kehidupan keluargannya bisa tercukupi dan anaknya terus
bersekolah sampai sarjana.
Comments
Post a Comment